Ceritatetangga.com – Sex Dengan Tetangga Cantik Berjilbab. Hari ini rabu, Mas Arif sudah berangkat dan meninggalkan Mbak Nida sendirian di kamarnya. Ren-cana mulai kulaksanakan. Aku membongkar beberapa koleksi Vcd pornoku, memilih salah satunya yang aku anggap paling bagus, Vcd porno dari Indonesia sendiri, lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu.
Kemudian sambil membawa bungkusan Vcd itu, aku menuju ke kamar tetanggaku, mengetuk pintu,
“Assalamu’alaikum” aku mem-beri salam.
Lama baru terdengar jawaban,
“Wa’alaikumussalam” jawaban Mbak Nida dari dalam kamar itu.
Pintunyapun terbuka, kulihat Mbak Nida melongokkan kepalanya yang berjilbab itu dari celah pintu,
“Ada apa ya ?” tanyanya.
“Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan kemarin tetapi lupa” kataku sambil menunjukkan bungkusan Vcd itu.
“Oh, baiklah” kata Mbak Nida sambil bermaksud mengambil bungkusan di tanganku itu.
“Eee…tunggu dulu Mbak, ini isinya Vcd, saya mau lihat apa bisa muter nggak di komputernya Mas Arif” kataku mengarang alasan.
Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mbak Nida mempersi-lahkanku untuk masuk, aku yakin dia juga kurang ngerti tentang komputer.
Di dalam kamar, aku menghi-dupkan komputer dan mengope-rasikan program Vcd playernya, lalu kumasukkan Vcd-ku itu dan kujalankan. Sesuai dugaanku Vcd itu berjalan bagus.
“Mbak pingin nonton ?” tanyaku sambil melihat Mbak Nida yang sedari tadi duduk di belakang memperhatikanku.
“Film apa sih ?” tanya Mbak Nida kepadaku.
“Pokoknya bagus” jawabku sambil kemudian memberikan pe-tunjuk bagi Mbak Nida , bagaimana cara menghentikan player dan mematikan komputernya.
Mbak Nida hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk pergi mum-pung filmnya belum masuk ke bagian “intinya”.
Pintu kamar tetanggaku itupun kembali ditutup, aku bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang dilakukan Mbak Nida.
Setelah di kamarku. melalui ven-tilasi kulihat Mbak Nida menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar monitor komputer itu. Dengan cemas aku menantikan reaksinya.
Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat Mbak Nida masih tetap menonton. Aku senang berarti Mbak Nida menyukainya.
Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari aku harapkan, tangan Mbak Nida pelan masuk ke dalam roknya, dan bergerak-gerak di dalam rok itu.
“Hhh…..hhhh….oohhh…..oohhh”suara Mbak Nida mendesah–desah , tampaknya merasakan kenikmatan.
Aku kaget,
“Wah….hebat….dia masturbasi” kataku dalam hati.
Ingin aku masuk ke kamar Mbak Nida, memeluknya dan langsung menyetubuhinya, tetapi aku sadar, ini perlu proses.
Akhirnya aku memutuskan untuk tetap mengintip, dan berinisiatif mengukur kemampuanku. Akupun mulai melakukan onani dengan memain-mainkan penisku.
Film di komputer itu terus berjalan…… hingga telah hampir 1,5 jam lamanya, pertanda film itu akan habis dan Mbak Nida kulihat sudah empat kali orgasme, luar biasa. Dan ketika filmnya berakhir, Mbak Nida ternyata masih me-neruskan masturbasinya hingga menggenapi orgasmenya menjadi lima kali.
“Akkkhhhhhhh………” Mbak Nida terpekik pelan menandai orgasmenya.
Sesaat setelah orgasme Mbak Nida yang kelima akupun ejakulasi.
“Oooorghhhh………” suara berat-ku mengiringi luapan sperma di tanganku.
Aku senang sekali, berarti aku lebih tangguh dari Mas Arif dan bisa memuaskan Mbak Nida nan-tinya karena bisa orgasme dan ejakulasi bersamaan.
Kemudian Mbak Nida sesuai petunjukku, kulihat mengeluarkan Vcdnya dan mematikan komputer.
*****************
Setelah siang hari, Mas Arif baru pulang. Sedikit berdebar-debar aku menunggu perkem-bangan di kamar tetanggaku itu, takut kalau – kalau Mbak Nida ngomong macam – macam soal Vcd itu, bisa berabe aku !
Tetapi lama…..kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali aku me-ngintip lewat ventilasi, apa yang terjadi di sebelah.
Begitu aku mulai mengintip, aku kaget ! Karena kulihat Mbak Nida dalam keadaan hampir bugil, hanya memakai celana dalam dihimpit oleh Mas Arif, mereka bersetubuh ! Namun seperti yang dulu-dulu, permainan itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mbak Nida kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai orgasme. Bahkan aku melihat Mbak Nida seringkali kesakitan ketika penetrasi atau ketika payudaranya diremas.
“Ah…Mas Arif nggak pandai merangsang sih”, pikirku.
Bagaimanapun aku senang, langkah keduaku berhasil, mem-buat Mbak Nida tidak bisa lagi men-capai orgasme dengan Mas Arif. Prediksiku, Mbak Nida akan sangat tergantung pada Vcd itu untuk kepuasan orgasmenya, sedangkan cara menghidupkan Vcd itu hanya aku yang tahu, disinilah kesem-patanku.
*****************
Kamis, pukul 08.00. Aku bangun dari tidur, mempersiapkan segala sesuatunya, karena hari ini bisa jadi saat yang sangat bersejarah bagiku. Kemarin aku telah meng-intip Mbak Nida dan Mas Arif seharian, mereka kemarin ber-setubuh hanya dua kali, itupun berlangsung sangat cepat, dan yang penting bagiku, Mbak Nida tidak bisa orgasme.
Malam kemarin aku juga sudah bersiap-siap dengan minum se-gelas jamu kuat, yang bisa menambah kualitas spermaku.
Pagi itu, setelah aku mandi, aku berpakaian sebaik mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh tubuhku, rambutku juga sudah disisir rapi. Lalu dengan langkah pasti aku melangkah ke tetangga sebelahku, Mbak Nida yang sedang sendirian.
Kembali aku mengetuk pintu kamarnya pelan,
“Assalamu’alaikum” aku mem-beri salam.
“Wa’alaikumussalam” suara lem-but Mbak Nida menyahut dari dalam kamar.
Mbak Nidapun membuka pintu, kali ini ia berdiri di depan pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka. Dia memakai jilbab pink dengan motif renda, manis sekali.
“Oh ya, saya lupa membe-ritahukan cara menghidupkan Vcd kemarin” kataku sambil tersenyum.
Tiba-tiba raut muka Mbak Nida menjadi sangat serius,
“Kamu kurang ajar ya, masa’ ngasiin Vcd porno gituan ke Mbak” kata Mbak Nida sedikit keras.
Aku kaget, “ternyata ia marah”, pikirku. Lalu cepat aku mengarang alasan,
“Oh ma’af Mbak, Vcdnya yang hadiah itu, isinya film soal riwayat Nabi-Nabi buatan TV3 Malaysia, ma’af kalau tertukar, yah saya ambil saja lagi”
Mbak Nida masuk ke dalam kamarnya, ia tampak kecewa, aku senang berarti ia takut kehilangan Vcd itu. Lalu akupun masuk ke kamarnya melalui pintu yang sedari tadi terbuka.
Mbak Nida kaget, melihatku mengikuti langkahnya,
“Eeeh…kamu kok ikut masuk juga ?!”
Sambil menutup pintu, tenang aku menjawab,
“Alaa….Mbak jangan munafiklah, tokh Mbak juga menyukai Vcd porno itu, saya lihat Mbak sampai masturbasi segala”
“Kurang ajar kamu ! Keluar ! Kalau tidak saya akan berteriak” bentak Mbak Nida.
“Mbak jangan marah dulu, coba Mbak pikirkan lagi, sejak menonton Vcd itu, Mbak tidak bisa lagi orgasme dengan Mas Arif khan” kataku sambil merebut Vcd itu dan mematahkannya.
Mbak Nida terkejut,
“Kamu…..”
Tak sempat ia menyelesaikan kata-kata, aku memotongnya,
“Saya bersedia memberikan kepuasan kepada Mbak Nida, saya jamin Mbak Nida bisa orgasme bila main dengan saya”
“Kurang ajar ! Keluar kamu !”
“Eeee….tidak segampang itu, ayolah Mbak Nida jangan marah, pi-kirkan dulu, saya satu-satunya ke-sempatan, bila Mbak Nida tidak me-makai saya, seumur-umur Mbak Nida nggak akan pernah mencapai orgasme lagi” aku mulai meng-hasutnya.
Mbak Nida terdiam sebentar, aku senang dan berpikir ia mulai termakan rayuanku, tapi…
“Tidak ! Kata Mbak tidaaak ! Sekarang keluar kamu !”
Aku gemetar, tapi tetap ber-usaha,
“Mbak sebaiknya pikirkan lagi, di sini cuma saya yang mengajukan diri memuaskan Mbak, saya satu-satunya kesempatan Mbak, kalau Mbak tidak mengambil kesempatan ini, Mbak akan rugi !” kataku sedikit tegas.
Lama kulihat Mbak Nida terdiam, bahkan dia kini terduduk lemas di samping ranjangnya. Aku pura-pura mengalah…
“Yah, sudahlah, jika Mbak tidak mau, saya pergi saja, saya itu cuma kasihan ngelihat Mbak !” kataku sambil beranjak pergi.
Tetapi kulihat Mbak Nida hanya diam terduduk di ranjangnya, aku membatalkan niatku, pintu yang telah terbuka kini kututup lagi dan kukunci dari dalam. Perlahan aku mendekati Mbak Nida, kulihat ia menangis,
“Mbak….jangan menangis, tidak ada maksud saya sedikitpun menyakiti Mbak” kataku sambil mulai menyeka air matanya dengan tanganku.
Lalu pelan-pelan kupegang pun-dak Mbak Nida dan kudorong pelan dia agar berbaring di ranjang. Ter-nyata Mbak Nida hanya menurut saja, aku kesenangan, rayuanku berhasil meruntuhkan pendiriannya.
Kemudian aku mulai membuka resleting celana panjangnya, ia tampaknya menolak, tetapi aku dengan santai menepis tangannya dan memasukkan tanganku ke dalam celananya. Tanganku masuk kedalam kolornya, lalu langsung jariku menuju ke tengah “lubang” birahinya. Aku sudah terburu nafsu, mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubang itu berkali-kali.
“Akhhh…..akhhh…….ahhhhhh” desahan Mbak Nida mengiringi setiap tusukan jemariku.
Aku ingin membuatnya terang-sang dan mencapai orgasme. Lalu dengan cepat kutarik celana pan-jang dan kolornya, sehingga terlihatlah pahanya yang putih dan mulus, aku langsung mencium paha mulus itu bertubi-tubi, menjilat paha putih Mbak Nida dengan merata. Akupun mengincar kelentit Mbak Nida yang tersembul ke luar dari bagian atas pepeknya.
Langsung aku kulum kelentit itu di dalam mulutku,
“Elmm…..mmmm…….emmmm” dan lidahku menari-nari di atasnya, terkadang kugigit pelan-pelan berkali-kali,
“Akhh….ooohhhh……aaahhhhh” suara Mbak Nida mendesah kuat tanda terangsang.
Jemari tanganku semakin kuper-cepat menusuk pepek Mbak Nida dan lidahku makin menggila menari-nari di atas kelentitnya yang berwarna merah jambu itu.
Perlahan kubimbing Mbak Nida mencapai puncaknya, hingga akhirnya……
“Aaaaaaakkkhhhhhh…………” pekikan pelan Mbak Nida mengiringi orgasmenya.
Kulihat jemari tanganku basah, bukan karena liurku tetapi karena cairan vagina Mbak Nida yang orgasme. Aku mencium vagina itu, tercium bau khas cairan vagina wanita yang orgasme.
Aku tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa Mbak Nida mencapai orgasmenya. Tetapi aku tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah memelankan tusukan jariku, kini tusukan itu kembali kupercepat,
“Ahhh….ahhhh….yaah…..yaahh” suara Mbak Nida mulai meracau.
Sementara tangan kiriku beroperasi di vagina Mbak Nida, tangan kananku mulai meremas blus Mbak Nida, dengan cepat tangan kananku merobek blus itu dan menarik kutangnya hingga menyembullah payudara Mbak Nida yang indah membukit.
Kemudian aku menghisap kedua puting itu sambil tangan kananku meremas payudara Mbak Nida bergantian,
“Slurrpp….slrrrrpp…..slluuurpp” aku menghisap puting Mbak Nida, sementara desahan Mbak Nida terdengar halus di telingaku,
“Akhh….teruuss…..teruuusss” Sementara tangan kiriku tetap beraksi di vagina Mbak Nida, dan vagina itu semakin becek,
“Crrtt…..crrtt……slrrpp”
Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mbak Nida yang mendesah-desah, begitu wajah kami bertatapan, kulumat bibir mungil itu dalam-dalam, Mbak Nida sedikit kaget,
“Ohhh….oomlmmm…elmmmm” Mbak Nida tidak bisa lagi bersuara, karena bibirnya telah kulumat, lidahnya kini bertemu dengan lidahku yang menari-nari.
Aku memang berusaha mem-bimbing Mbak Nida agar orgasme untuk kedua kalinya. Agar di saat orgasmenya itu aku bisa me-masukkan penisku, mempenetrasi vaginanya. Karena aku sadar penetrasi itu akan sangat sakit karena ukuran penisku lebih besar dari punya Mas Arif yang biasa masuk.
Sambil mencium dan merang-sang pepek Mbak Nida, tangan kananku mulai melepas celana panjangku dan kolorku, lalu melem-parkannya ke lantai. Tangan kananku mengelus-elus kontolku yang terasa mulai mengeras.
Lama akhirnya Mbak Nida mencapai orgasmenya yang kedua kali,
“Ooorrggghhhhh………..”
Mbak Nida mengerang, tetapi belum selesai erangannya, aku langsung menusukkan penisku pelan-pelan ke dalam vaginanya.
“Aaaaaahhhhh…………” suara Mbak Nida terpekik, matanya sayup-sayup menatap syahdu ke arahku, aku tersenyum.
Akupun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan kedua paha Mbak Nida dengan kedua tanganku, lalu kulakukan penetrasi kontolku pelan-pelan lama kelamaan men-jadi semakin cepat. Bunyi becekpun mulai terdengar,
“Sllrrttt…cccrrttt….ccrrplpp” suara becek itu terus berulang-ulang seiring dengan irama tusukanku.
“Akhhh….yaaahh…terus…” suara desahan Mbak Nida keenakan. Akupun semakin mempercepat tusukan, kini kedua kakinya ku-sandarkan di pundakku, pinggul Mbak Nida sedikit kuangkat dan aku terus mendorong pinggulku ber-ulang-ulang. Sementara dengan sekali sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam sebahu milik Mbak Nida yang indah, sambil menggenjot aku membelai rambut hitam itu.
“Ahhh…..ahhh….aaahhh”
“Ohhh……ohhhh……..hhhh”
Suara desahanku dan Mbak Nida terus terdengar bergantian seperti irama musik alam yang indah.
Setelah lama, aku mengubah posisi Mbak Nida, badannya kutarik sehingga kini dia ada di pangkuanku dan kami duduk berhadap-hadapan, sementara penisku dan vaginanya masih menyatu.
Tanganku memegang pinggul Mbak Nida, membantunya badannya untuk naik turun. Kepalaku kini dihadapkan pada dua buah pepaya montok nan segar yang ber-senggayut dan tergoyang-goyang akibat gerakan kami berdua. Langsung kubenamkan kepalaku ke dalam kedua payudara itu, menjilatnya dan menciumnya ber-gantian.
Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak lama…..
“Oooohhhhhhh……………..” lenguhan panjang Mbak Nida menandai orgasmenya, kepalanya terdongak menatap langit-langit kamarnya saat pelepasan itu terjadi.
Aku senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan akhirya kuhentikan sesaat. Lama kami saling bertatap-tatapan, aku lalu mencium mesra bibir Mbak Nida dan Mbak Nida juga menyambut ciumanku, jadilah kami saling berciuman dengan mesra, oh indahnya.
Tak lama, aku menghentikan ciumanku, aku kaget, Mbak Nida ternyata menangis !
“Kenapa Mbak Nida ? saya me-nyakiti Mbak ya ?!” tanyaku lembut penuh sesal.
Masih terisak, Mbak Nida menjawab,
“Ah…..nggak, kamu justru telah membuat Mbak bahagia”
Kami berdua tersenyum, ke-mudian pelan aku baringkan Mbak Nida. Perlahan aku mengencangkan penetrasiku kembali.
Sambil meremas kedua payu-daranya, aku membolak-balikkan badan Mbak Nida ke kiri dan ke kanan. Kami berdua mendesah bergantian,
“Ahhh…..ahhh….aaahhh”
“Ohhh……ohhhh……..hhhh”
Terus….lama, hingga akhirnya aku mulai merasakan urat-uratku menegang dan cairan penisku seperti berada di ujung, siap untuk meledak.
Aku ingin melakukannya ber-sama dengan Mbak Nida. Untuk itu aku memeluk Mbak Nida, menciumi bibirnya dan membelai rambutnya pelan. Usahaku berhasil karena perlahan Mbak Nida kembali terang-sang, bahkan terlalu cepat.
Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mbak Nida,
“Tahan……tahan………Mbak, kita lakukan bersama-sama ya”
“Ohhh…ohhh….ohhhh…..aku su-dah tak tahan lagi” desah Mbak Nida, kulihat matanya terpejam kuat menahan orgasmenya.
“Pelan…..pelan saja Mbak, kita lakukan serentak” kataku membisik sambil kupelankan tusukan penisku.
Akhirnya yang kuinginkan ter-jadi, urat-urat syarafku menegang, penisku makin mengeras. Lalu sekuat tenaga aku mendorong pinggulku berulang-ulang dengan cepat.
“Akhhh….ooohhh….ohhh” suara Mbak Nida mendesah. Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan penisku.
“Lepaskan…..lepaskan……Mbak, sekarang !” suaraku mengiringi de-sahan Mbak Nida, Mbak Nida menuruti “saranku”, diapun akhirnya mele-paskan orgasmenya,
“Aaaakkhhhhh…………”
“Ooorggghhhhh………” suara be-rat menandakan ejakulasiku, meng-iringi orgasme Mbak Nida. Erat ku-peluk ia ketika pelepasan ejakulasi itu kulakukan.
Setelah “permainan” itu, dalam keadaan bugil aku tiduran ter-lentang di samping Mbak Nida yang juga telanjang. Mbak Nida me-melukku dan mencium pipiku berkali-kali seraya membisikkan sesuatu ke telingaku,
“Terima kasih Bud”
Mbak Nida kulihat senang dan memeluk tubuhku erat, tertidur di atas dadaku. Dalam hatiku aku merasakan senang, gembira, tapi juga sedih. Aku sedih dan me-nyesal melakukan ini dengan Mbak Nida, aku takut ia tidak akan pernah lagi mencapai orgasme selain de-ngan diriku, ini berarti aku me-nyengsarakan Mbak Nida.