Bangunan tempat tinggalku dihimpit oleh aliran sungai yang menghitam dengan sampah tertimbun turun temurun didalamnya. Serta rel kereta api yang mempunyai dua fungsi: sebagai jalur kereta sekaligus pasar dadakan yang menantang maut. Apakah mereka perduli? apakah warga yang tinggal disekitar sini engeuh? tentu mereka,kami dan saya menyadari hal itu berbahaya. Namun perduli setan,roda kehidupan harus terus diputar atau mogok dan nelangsa. Makan atau mati!
Ringkih,itulah yang terpancar dari tempat yang menaungi tubuh mungilku. Terkelupas dindingnya dan lapuk kayunya. Airnya keruh dan berbau besi. Kamar mandi digunakan beramai ramai. Lantainya reot dan akan berdecit saat ada yang melangkah. Semua ketidaknyamanan itu lebih dari cukup untuk diriku yang memulai hidup dengan kenekatan. Oh,jangan lupakan gerombolan tikus yang berbagi tempat dengan kami. Juga jangan meremehkan koloni kecoa yang hilir mudik. Sekelompok kucing juga kerap memeriahkan suasana yang pengap dengan suaranya yang bising minta kawin. Lengkap sudah!.
Aku menerima nasib yang menantang Ibukota cuma mengandalkan ijazah SMA. Bangga dan penuh suka cita saat menerima pekerjaan sebagai cleaning service. Sebuah kehormatan untuk aku yang melempar dadu diatas meja judi kehidupan. Pekerjaan dijakarta itu banyak sekaligus banyak juga dramanya. Aku hanya ingin bekerja dan menyisihkan uang untuk secuil mimpi. Ijazah SMA sangat berguna,tak sia sia 3 tahun menimba ilmu. Cleaning service adalah pencapaianku!
Sudah 1 aku bulan bekerja sebagai petugas kebersihan. Sungguh waktu pergi tidak terasa sama sekali. Hasil keringat disisihkan untuk rumah kontrakan reot,karena disitulah aku terlindungi dari panas terik dan basah hujan. Itu yang paling penting. Selanjutnya disisikan untuk secuil mimpi. Dan sisanya untuk menyambung lambung.
Carut marut serta lika liku kota Jakarta sudah menjadi sahabat sehari hari. Kriminalitas yang bersembunyi dibalik malam juga mulai kukenali. Kehidupan setelah senja di Ibu Kota memiliki warnanya sendiri. Sebetulnya Jakarta itu ramah tergantung kita memperlakukannya.
Lingkungan baru,suasana baru,tetanggapun baru. Semuanya serba baru. Rata rata penghuni kotrakan juga seorang perantauan. Mereka mengais rezeki dan menitipkan keluarga mereka dikampung. Ada juga yang membawa serta keluarga mereka kesini. Hari kehari aku mulai beradaptasi dengan karakter mereka. Semua datang dari latar belakang yang berbeda beda sedikit banyaknya membuat aku banyak belajar,entah bahasa atau perilaku mereka. Apalagi aku pendatang baru yang paling muda juga.
Dan hidup seorang diri disini juga membuatku mempunyai pengalaman hidup yang baru. Sesuatu hal yang masih tabu. Tentang perilaku manusia. Sebuah bentuk seks yang tak pernah kubayangkan. Selama ini hubungan badan yang kuketahui adalah lelaki dengan perempuan. Penis menusuk vagina. Seks yang berbeda jenis kelamin. Walaupun aku belum pernah melakukan seks,pacaran saja tidak pernah merasakan apalagi menusuk vagina. Tetapi aku belajar bab reproduksi yang ada dipelajaran biologi. Sedikit banyaknya aku tau secara teori.
Pengalaman ini berawal dari tetanggaku,Pak Mulyadi atau biasa dipanggil Pakde. Kesehariannya jualan ketoprak diemperan belakang gedung kantor. Dia tinggal disini sudah lama dan Pakde juga cukup akrab denganku. Orangnya sangat ramah dan mengayomi. Tubuhnya kurus,kulitnya sudah pasti kecoklatan karena sering terbakar terik matahari. Rambutnya cepak sudah memutih,kumisnya juga. Aku tak tau pasti umurnya,mungkin sudah lebih dari 50 tahun. Dan setiap Pakde pergi berdagang dia selalu tampil rapih,walau baju kemejanya lusuh. Dia ingin membuat orang yang beli ketopraknya betah,ucapnya.
Karena rumah kontrakan dibuat ala kadar jadi banyak celah yang renggang antara kamarku dan kamarnya Pakde. Dan dari situlah aku biasa melihat dia coli! Iya dia suka coli. Siapapun pasti tidak menyangka namun aku menyaksikan dengan kedua mataku sendiri. Aku melihat langsung peju kentalnya meleleh sampai dia kelojotan.
Malam itu aku sedang suntuk,kupejamkan mata tetapi tak bisa tidur juga. Sampai sayup sayup terdengar suara mendesah. Kucoba mendengarkan dengan seksama,meyakinkan diri kalau itu memang benar suara desahan. Kutelaah darimana datangnya. Persis dari tempatnya Pakde! Lantas aku biarkan saja. Aku coba untuk tidur lagi. Namun suara desahannya Pakde sangat mengganggu atau lebih tepatnya membuat penasaran! Apalagi desahan itu kadang berubah menjadi rintihan. Akupun hanyut dan gersang. Sudah lama juga aku tidak mengeluarkan peju.
Lalu lewat celah ditriplek aku bisa meneropong. Suasana kamarnya temaram tetapi masih terlihat posisinya Pakde yang sedang telentang. Betisnya Pakde bergerak seirama dengan suara desahan. Aku sadar Pakde adalah seorang lelaki,sama seperti diriku. Namun aku penasaran ingin melihat lebih jelas. Aku cari celah yang lain agar bisa melihat seluruh tubuhnya. Lemari baju kugeser dan disitu celahnya lebih lebar. Aku bisa menagkap seluruh tubuhnya Pakde. Seluruhnya!
Pinggulnya disangga dengan bantal,kontolnya tegak menantang dengan sejumput jembut. Lonjong serta berurat bentuknya. Kontolnya Pakde mengkilat karena minyak yang ia gunakan untuk ngocok. Matanya terpejam,aku tau pasti dia sedang menikmati setiap kocokan. Dia sepertinya sedang sange berat. Pasti Pakde lagi pengen ngentot banget. Aku mengerti kenapa Pakde suka maenin kontolnya karena jauh dari istri dan coli adalah cara yang paling gampang dan murah yang bisa dia lakukan.
Desahan Pakde merangsang diriku juga. Otomatis kontolku ikutan ngaceng. Basah pula. Aku suka dengan caranya Pakde ngocok,dikocok dengan cepat lalu dilepas,terus begitu diulang ulang. Kontolnya sampai anjut anjutan lalu dia melenguh mengangkat pantatnya. Dan cairan bening meleleh dari lobang kencingnya.
Setelahnya Pakde berganti posisi. Dia berdiri dan menyandarkan tubuhnya. Sekarang aku bisa melihat tubuhnya Pakde secara jelas. Terpahat otot ditubuhnya,dadanya jenis dada burung dan perutnya rata,serta garis pinggulnya yang selaras dengan perutnya. Pasti itu semua dia dapat secara natural karena sering mendorong gerobak. Dia lumuri minyak lebih banyak dibatang kontolnya. Jarinya masih melingkar dan mengurut pelan pelan. Terlihat Pakde sedang menahan dorongan peju yang sudah terkumpul. Dia gerakan pinggulnya maju mundur,matanya masih terpejam. Pasti dia sedang berimajinasi dengan nusuk nusuk memek. Kakinya mengangkan lebih lebar.
Celana sudah kulepaskan. Aku ikutan coli. Karena tidak ada minyak jadi kuludahi kontolku. Aku sangat suka melihat kontolnya Pakde yang keluar masuk digenggaman tangannya. Seiringan dengan suaranya yang melenguh. Kontolnya sudah membengkak dan semakin keras. Aku yakin pejunya akan segera keluar. Ternyata tebakanku salah,Pakde justru melepaskan genggamannya. Dia pandangi kontolnya yang tegak keatas. Dia atur nafas.
Membuatku jadi ikutan ngatur nafas. Dan penasaran apa yang bakal Pakde lakukan selanjutnya. Pakde membakar sebatang rokok dan duduk sejenak. Tentu kontolnya masih ngaceng. Sepertinya dia sedang istirahat. Aku masih terus memantau.
Pakde bangkit lagi,dia sandarkan tubuhnya. Rokok ditangan masih belum habis. Dia tuang lagi minyak dibatang kontolnya. Jantungku mulai berdegup kencang karena tau adalah final. Gerakan tangannya sekarang berubah,naik turun sambil berputar dikepala kontolnya. Wajahnya merintih setiap telapak tangannya berputar dikepala kontolnya. Lalu gerakan itu dilakukan semakin cepat. Akupun juga mempercepat kocokan. Tubuhnya Pakde agak membungkuk sambil terus mengocok. Ludah sudah membanjiri batang kontolku.
Kocokan terakhir,kocokan yang cepat. Kakinya Pakde bergetar. Lalu dia lepaskan genggaman tangannya. Tubuhnya tegang,kelapanya rungsing. Pakde mendesah lalu peju menyembur lurus dengan kuatnya. Aku yang memang sudah menunggu,ikutan menyemburkan peju. Pakde bergeridik. Dia sama sekali tidak mengocok tetapi kontolnya terus menyemprotkan peju. Kontolku juga masih muncrat. Dengan gontay Pakde berusaha untuk tetap tegap berdiri. Kontolnya anjut anjutan meneteskan sisa peju. Sambil menghisap rokok dia urut urut kontolnya.
Aku masih mematung dicelah triplek dengan peju berceceran dikaki. Tak kusangka barusan coli sambil melihat orang coli. Apalagi yang coli adalah Pak Mul alias Pakde!
Pakde lanjut membersihkan peju yang berhamburan dengan sempaknya. Pantatnya tepos basah berkeringeat. Lalu dia keluar kamar. Menutupi kontolnya dengan handuk dan pergi kekamar mandi. Aku cuma mengelap peju yang menempel dengan baju kotor dan mengistirahatkan diri dan tertidur.