Ceritatetangga.com – NGENTOT SALES KOMPOR GAS BERJILBAB. Pagi itu, komplek perumahan yang baru aku beli (dengan kredit temtu ya) masih sepi. Maklum karena perumahan baru yang memang rata-rata memang penghuninya pekerja kantoran.
Rumah ini hanya aku kunjungi saat aku ke kota. Aku kerja mengajar di sekolah yang letaknya dalam kebun PTPN dan istriku juga ikut ke kebun. Kebetulan aku mengurus sesuatu di kota. Seringnya mengurus sesuatu ke kota inilah alasan kami beli rumah di kota. Biar irit ga usah nginap di hotel.
Selain itu bisa jadi tempat aman untuk party-partya. Kebetulan aku ke kota sendirian, istriku tidak ikut karena harus mengerjakan laporan.
Saat sedang santai nonton TV tiba-tiba pintu rumah diketuk. Tok…tok…tok…
“Selamat pagi Pak…permisi ada orang kah?” suara lembut perempuan.
Aku langsung semangat, wah semoga bisa jadi mangsaku pagi ini.
“Ya sebentar,” kataku sambil membuka pintu.
“Maaf Pak, Ibunya ada?”
“Wah ngga ada Mbak, di kebun ada apa ya?” kataku sambil memandang cewek berjilbab yang kuperkirakan usianya di bawah 30 tahun,
“Nggak Pak cuma mau nawarin selang kompor gas yang anti meledak, boleh saya masuk?”
“Wah boleh-boleh, silahkan.”
“Boleh saya lihat kompornya Pak? Dimana?”
“Oh ya di dapur Mbak di belakang, oh ya mau minum apa Mbak?”
“Ah ga usah repot Pak, air putih saja.”
“Ya silahkan dicek kompornya, saya ambilkan air minumnya,” kataku sambil membuka kulkas di ruang tengah.
Tanpa pikir panjang aku masukkan 10 tetes obat perangsang ke dalam botol bekas sirup berisi air es itu.
Cewek itu sibuk melepas selang kompor dan membersihkan kompor dari minyak.
“Oh ya Pak saya belum kenalan, nama saya Wati, ini kompornya jarang dibersihkan ya? ganti saja selangnya Pak, ini saya bawa produk bagus harganya mahalan dikit tapi anti meledak,” kata dia.
Aku terbengong melihat dia makin cantik dan sexy padahal pakai rok, baju dan jilbab. Aku makin bernafsu.
“Pak kok diem aja sih?”
“Oh ya ya Mbak, berapa harganya? Saya beli aja, oh ya ini minumnya.”
“Murah Pak cuma 150 ribu,” katanya sambil menuangkan air ke gelas dan minum sampai tiga gelas, mungkin karena kehausan.
“Ya saya beli tapi sekalian pasangin ya,” kataku mengulur waktu menunggu reaksi obat perangsang.
“Oke Pak deal, nanti bisa saya pantau selama tiga bulan garansi,” kata sambil tersenyum girang.
Lalu, dia pun bekerja melepas selang lama, membersihkan, memasang selang baru. Sambil memasang dia cerita kalau suaminya pengangguran kerja tidak jelas makanya dia bekerja. Bahkan sudah satu bulan terakhir, suaminya pergi pamit kerja keluar kota.
Wati mengaku punya anak dua cewek semua kelas 4 SD dan kelas 1 SD. Ia masih numpang di rumah mertuanya. Setelah 20 menitan baru obat itu sepertinya bereaksi.
Wati mulai belingsatan, sambil melenguh. Aku pura-pura tidak tahu, sambil duduk merokok dan melihat dia bekerja.
“Ouh capek juga Pak.”
“Istirahat dulu Mbak, duduk sini saja.”
“Ya Pak, mmm…boleh saya ke kamar mandi?”
“Ya silahkan,” kataku sambil menunjukkan kamar mandi di sudut ruang dapur.
Ruang dapur berada di ujung paling belakang. Aku buru-buru ke rumah depan menutup pintu pagar dan pintu rumah.
Lalu aku kembali ke dapur. Ada suara shower dinyalakan dan suara lenguhan khas cewek lagi horny. Lalu aku pura-pura mau pakai kamar mandi.
“Mbak bisa gantian?”
“Ouh maaf nanggung Pak.”
“Saya sudah kebelet nih,” kataku sambil mengeluarkan kontolku.
Aku segera mendorong pintu dari fiber itu, meski diganjal paku (kuncinya rusak) tetap hisa dibuka. Kami sama-sama kaget.
“Kok langsung masuk sih Pak ouuhh..”
“Wah kenapa tuh memeknya disemprot,” kataku sambil tersenyum nakal.
“Ouhhh…lagi pengen Pakkk,” jawab Wati dengan roman muka sange dan kerlingan nakal. Obat perangsang itu benar-benar sudah bekerja.
Tanpa dikomando aku pun langsung menjilati memek terbuka karena dia berdiri satu kakinya di closed duduk agak tinggi.
“Oh enak Pakkkk…terusss…”
Aku menjilatinya kurang lebih 15 menit sampai memek Wati muncratlah cairan dari memeknya.
“Gantian emut dong Say,” pintaku.
“Ya Paaak…boleh pindah kamar nggak? aku ga suka basah-basahan.”
“Oke,” kataku sambil menggendongnya ke kamar.
Setelah aku baringkan ke springbed aku pun melucuti pakaianku. Wati juga melepas jilbabnya, rok dan juga bajunya.
Rambutnya panjang sebahu disemir coklat. BH dan CD warna putih berenda aku larang lepas. Aku mulai menikmati pelan-pelan melepas BH-nya sambil netek di susu yang kanan dan kiri bergantian.
Wati semakin menggila, ia mencium dan melumat bibirku. Lalu kami berpindah gaya 69, aku lepas CD-nya dan aku jilati lagi.
“Ayo Pak eeh Masss aja yaah coblos sekarang ya…Wati ga tahaaan.”
“Ya sayang dah sebulan ga dimasukin ya?”
Ia mencubit kontolku terus ngangkang. Aku masukkan pelan-pelan kontolku sampai bisa keluar masuk dengan lancar. Meski panjang cuma 15cm diameter 4cm, Wati sangat menikmati.
“Oh Mas, enakkk Mas…namamu sapa masak aku ga tahu ooouh padahal kontol kamu dah masuk ke memekku.”
“Oh ya Wati sayang aku sampai lupa, namaku Toni sayaaang mmm,” jawabku sambil menusuk dengan cepat memeknya.
“Oh Massss jangan laju-laju, enakkk sih tapi memekku sakiiit.”
Kami pun ganti gaya doggy style. Aku menyodok memeknya dari belakang. Berdiri di pinggir springbed dan Wati nunggung di atas kasur.
Kami melakukan gaya anjing kawin itu sekitar 10 menit sampai dia muncrat. Lalu aku di bawah, dia duduki kontolku dan mulai bergoyang, tangan wati meremas dadaku, aku juga meremas susunya.
“Kok enak Mas kontol kamu, bisa lama nggak kayak suamiku lima menit langsung crot.”
“Beda dong, kapan-kapan main bertiga sama istriku atau berempat sama suamimu…ouh..ouhh,” kataku sambil menarik-narik bokong Wati agar dia makin bergoyang.
“Iiih emang enak Mas? oouuuh…aaa..ku..ku belum pernah main ramai-ramai.”
Kami ngentot sambil ngobrol sesekali tertawa karena kontolku hampir salah masuk ke anusnya. Wati memang belum terbiasa lewat anus seperti istriku.
Akhirnya setelah hampir satu jam. Pas gaya dia aku gendong di depan, aku berdiri dan dia bergelantung air maniku seperti mau keluar.
“Say aku mau keluar nich, ayo berbaring,”
Wati hanya mengangguk, lalu kami teruskan gaya konvensional dengan ritme cepat sampai akhirnya maniku keluar di dalam rahimnya.
Crot…croott…crottt
“Ough…uaah..enak Mas Toni, semburanmu kenceng, ga masalah aku KB pakai IUD,” kata Wati sambil melumat bibirku.
“Mmmuachh… enak sayang, Wati juga hebat kok, memekmu enak, ****** banget suamimu nganggurin kamu.”
Lalu kami berdua pun kelonan sambil tetap telanjang. Bahkan tidur bersama sampai siang.