NYANYIAN DI UJUNG NERAKA

Posted on

Ceritatetangga.com – NYANYIAN DI UJUNG NERAKA. Seorang bocah kecil berlari di tengah gurun, terhuyun-huyun berusaha berlari sejauh mungkin dari kejaran seorang pria berkuda disertai beberapa orang anak buahnya. Dia adalah seorang pedagang budak. Mengambil anak tanpa orang tua di jalan, pasar-pasar, tempat prostitusi, atau tempat kelam lainnya. Bahkan kadang ia menculik beberapa anak yang lepas dari pengawasan orang tuanya. Dia adalah Jafar, pedagang budak paling sohor di negerinya.

“cepat kejar anak sialan itu!” teriak Jafar pada anak buahnya.

“Akan ku patahkan kaki anak itu jika ia tetap berusaha untuk kabur.”

Mendengar itu, bocah lelaki itu semakin kencang berlari. Meskipun sebenarnya dia sudah terlampau letih berlari di tengah gurun panas ini. Dia Cuma seorang anak kecil lusuh, tanpa orang tua. Dia adalah anak yang terbuang. Lahir dari ibu seorang pelacur, yang bahkan ibunya tak tahu siapa ayah dari anak ini. Ibunya membuangnya karena merasa dia cuma akan jadi beban nantinya.

Kemalangan sangat mesra pada anak ini, besar di jalanan pasar. Dia hidup dari makanan yang ia pungut dari tempat sampah. Sering di pukuli oleh preman pasar. Dimaki para pedangang karena sering kali karena ingin merasakan buah segar ia mencuri satu dari pedangang buah. Ia besar dengan begitu banyak derita, tanpa ada satupun yang merasa iba padanya. Negeri yang ia tinggali memang negeri tanpa belas kasih. Tidak ada kemanusiaan di sana.

Ia masih saja berlari menjauh, sejauh yang ia bisa. Tapi apalah daya, mana mungkin anak seperti dia bisa lolos dari kejaran orang yang mengejarnya menggunakan kuda. Mungkin sudah sampai pada batas akhirnya, anak itu terjatuh dan tidak sanggup bangkit lagi. Kakinya sudah teramat letih untuk berlari. Dengan mudah Jafar dan anak buahnya menangkap anak itu. Meskipun dia cuma anak gelandangan, tapi Jafar bisa menjualnya sebagai budak.

“Mau kemana lagi kau bocah sialan, kau sudah tak bisa lari lagi.” bentak Jafar sambil menarik rambut anak itu.

“lepaskan aku!” cuma itu kata yang terucap dari bocah itu.

“Ohh.. tentu tidak bocah, aku akan menjual mu pada seorang saudagar. Ia sedang mencari bocah laki-laki. Kau tau, saudagar itu punya hasrat yang menyimpang. Katanya dia sangat suka pada bocah laki-laki. Mungkin dia akan membeli dengan harga yang lumayan.”

Bocah itu cuma memandang Jafar dengan tatapan sendu. Kelam terlihat dari sorot mata anak itu. Dia merasa bahwa belum cukupkah takdir menyiksa hidupnya. Jafar kemudian membawa anak itu menuju tempat saudagar itu. Sesampainya di sana Jafar pun mulai menawarkan anak itu.
“Bukankah kau sedang mencari seorang anak laki-laki, aku punya satu. Kau ingin melihatnya?” ucap Jafar.

“Jika barang yang kau bawa itu bisa menarik perhatianku, akan aku pertimbangkan.” Kata saudagar itu memberi Jafar harapan.

“Bawa dia kemari!” perintah Jafar pada anak buahnya.

Anak buah Jafar kemudian menyeret anak itu masuk dan memperlihatkannya pada saudagar itu. Saudagar itu mengamati anak itu. Dipandanginya anak itu meneliti setiap jengkal dari tubuh anak itu. Terlihat sekilas anak itu memang terlihat tanpan, meski lusuh dan kotor khas anak jalanan. Mungkin setelah dibersihkan anak ini pasti cukup untuk memuaskannya.

“Hmmm,, menarik juga.” gumam sadagar itu.

“Jadi,, bagaimana? Kau ingin membelinya?” ucap Jafar membuka penawaran.

“Hmmm.. berapa harga yang kau minta, jika sesuai aku akan membelinya.”

“Bagaimana kalau 30 koin emas, itu pasti bukan hal berat bagi saudagar kaya macam kau.” Ucap Jafar.

“Bukankah itu terlalu mahal untuk gelandangan kotor macam dia. Bagaimana kalau 15 koin emas dan 100 koin perak.” Tawar saudagar itu.

Setelah lama berfikir, akhirnya Jafar menerima tawaran itu. Dan resmi anak kecil itu telah berpindah pemilik. Dia layaknya barang dagangan yang bisa berpindah pemilik hanya dengan beberapa keping uang.

Selanjutnya, hari-hari yang dialami anak itu sungguh begitu tragis. Ia di kurung dalam sebuah ruang yang Cuma beralas jerami. Di rantai di kakinya. Dipaksa melayani nafsu bejat dari sang saudagar. Dan jika sang saudagar sedang tidak mood, dia bisa di siksa seharian. Dicambuk, dipukuli, diinjak, di sayat, dan berbagai penyiksaan lainnya. Dia melalui masa-masa sangat kelam selama 3 tahun, entah apa yang membuatnya masih hidup melalui masa pilu itu. Itu adalah derita dan keputus asaan.

Sampai ketika, negeri tempatnya berada sedang berada di ambang kehancuran. Negeri itu diserang oleh sesuatu yang sangat mengerikan. Dalam sehari hampir semua penduduk negeri itu mati. Setiap bangunan hancur seketika. Seluruh negeri bersimbah darah. Bau anyir terasa di setiap sudut negeri. Keruntuhan negeri ini sudah terjadi. Kehancuran ini sudah nyata terjadi. Kengerian ini bersumber pada satu sosok menakutkan, Penguasa neraka. Yah.. dia adalah Lucifer. Sang Iblis. Membawa petaka. Dia membawa kehancuran di negeri manapun ia singgah. Tak ada yang bisa mengelak dari kehancuran yang di akibatkannya.

Sang Iblis berjalan dengan kehancuran bersamanya. Mengitari sudut negeri mencari apakah masih ada yang bisa ia siksa dengan ketakutan dan kengerian darinya. Sampai ia berada didepan sebuah bangunan yang belum seluruhnya hancur. Masih ada satu sekat ruang yang selamat. Ia menghacurkan sisa bangunan tersebut dan mendapati seorang anak yang masih hidup meski keadaannya sedikit memilukan.

“Ohh.. kau masih hidup yah..?” kata sang iblis dengan suara yang mencekam.

“Siapa kau?” kata anak itu menatap Sang Iblis dengan tatapan sangat pilu, meskipun tidak ada raut ketakutan darinya.

“Ohh,, aku adalah Sang Iblis. Aku adalah penguasa neraka. Aku membawa kehancuran disetiap negeri yang ku singgahi.”

“Kalau begitu, bunuhlah aku. Binasakan aku bersama negeri ini.” Kata anak itu kemudian.

“Hahaha.. jadi kau tak takut mati yah.. baiklah,, tapi aku akan menyiksamu lebih dahulu. Aku ingin sedikit kesenangan.” Iblis itu kemudian mengeluarkan dua buah belati seketika. Belati berwarna hitam dan putih. Entah dari mana belati itu berasal. Itu mungkin sihir Sang Iblis.

“Perlu kau tau, belati putih ini adalah Belati Derita. Satu luka dari belati ini akan menyiksa mu dalam penderitaan oleh keputus asaan. Setiap rongga jiwa mu akan di gerogoti keputus asaan sampai akhirnya kau mati dengan sangat tersiksa.” Kata Sang iblis menjelaskan.

“Dan yang hitam ini adalah kepedihan. Satu luka akibat belati ini akan menjadikan mu mati oleh rasa paling sakit yang menggerogoti hidup mu. Ini akan sangan menyenangkan.” Lanjut Sang Iblis menjelaskan. Mendengan penjelasan Sang Iblis, anak itu tersenyum padanya. Dia sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.

“Aku telah hidup di dunia ini dengan berbagai macam rasa sakit dan keputus asaan yang tak punya dasar. Jika kau Cuma ingin menyiksaku dengan itu, kupikir kau akan kecewa. Jika ingin membunuhku bunuhlah aku dengan cepat.” Anak itu dengan lantang berbica.

“Kalau begitu mari kita buktikan perkataan mu.” Sang Iblis lalu menyabetkan kedua belati itu kepada anak itu. Tapi, setelah itu reaksi anak itu Cuma tersenyum.

“kengerian seperti ini sudah biasa kuhadapi. Aku yang teraniaya takdir, didera penderitaan dan keputus asaan tiap detiknya. Aku terlahir tanpa nama, bersumber dari ketiadaan, maka kembalikan aku menjadi tiada lagi. Sudahi takdirku di sini.” Kata anak itu.

“Hahaha.. sungguh menarik. Tak pernah ku dapatkan hiburan semenarik dirimu.” Sang Iblis terlihat senang.

“Wahai anak muda dengarkan ini baik-baik. Aku akan memberikan sebuah kehidupan yang baru padamu. Kehidupan di dunia ini memanglah sulit. Derita bisa saja menerpa setiap kehidupan di dunia ini. Dunia seperti ini perlulah untuk di rubah. Menghancurkannya lalu biarkan dia kembali bergeliat membangun tatanannya kembali. Apakah takdir akan menjadi lebih baik sesudahnya ataukah lebih buruk, itu tidak jadi masalah. Aku membawa kehancuran untuk mengakhiri sebuah rezim kepedihan. Jika takdir tumbuh dengan buruk lagi aku tinggal membinasakannya lagi. Lalu membiarkannya tumbuh lagi. Jika mental manusia bisa terbentuk dari pahit dan getirnya hidup, seharusnya mereka bisa melakukan apa yang lebih baik daripada yang dia dapatkan berupa kehancuran.”

“Apa maksud dari perkataan mu itu?” anak itu bertanya heran, berusaha mencerna setiap kata dari Sang Iblis, Lucifer.

“Aku adalah Lucifer, penguasa alam neraka. Pembawa kehancuran. Aku sekali lagi memberikan mu sebuah pilihan, kau ingin mati atau mengikat kontrak dengan ku. Aku akan menjadikan mu Iblis terkuat di dunia ini. Kau akan membawa pesan kehancuran dari ku. Untuk menghancurkan ketidakadilan yang menjerat dunia ini. Kau akan membawa kehancuran seperti yang aku lakukan. Kau akan menggantikan ku di dunia ini sebagai pembawa kehancuran. Apa yang kau pilih anak muda.”

Sekilas suasana menjadi hening, angin gurun berhembus di tengah lirih dari negeri yang hancur ini. Anak itu berfikir keras, apakah yang dia pilih. Entah kenapa dia menjadi dilema. Bukankah tadi dia hanya ingin mati. Dia membayangkan kekuatan apa yang dimilikinya nanti. Dia mungkin akan mampu membalaskan takdir yang sudah tidak adil padanya. Lalu dalam kehenigan yang mencekam dia menjawab “Jika aku punya kekuatan itu, aku ingin mencoba hidup lagi.”

Lalu Lucifer tertawa mendengar jawaban itu. “Hahahaha, aku akan mengikat kontrak padamu. Kau akan memiliki kekuatan yang aku katakana tadi, tapi sebagai gantinya kau tidak akan jadi manusia lagi. Kau akan menjadi Iblis. Iblis terkuat di dunia ini.”

Lalu Lucifer melukai tangannya dan menyuruh anak itu meminum darah dari Sang Iblis. Anak itu tanpa sungkan meminumnya. Dan kemudia dia meraung kesakitan. Diantara rasa sakit itu, dia menjelma menjadi sosok mengerikan. Yah.. dia menjadi Iblis terkuat dan mendapat sebuah nama dari Lucifer. Abaddon D. Apollyon. Dia akan menjadi iblis legendaris yang membawa kehancuran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *